PEMUDA PERSATUAN ISLAM HARJAMUKTI

بسم الله الر حمن الر حيم
! انا مسلم قبل كل شيئ
AHLAN WA SAHLAN, IKHWATU IMAN

SEMOGA KITA SEMUA DALAM RAHMAT DAN LINDUNGAN ALLAH AZZA WAJALLA


Kamis, 17 Januari 2013

APAKAH SETIAP ROKAAT MEMBACA TA’AWUDZ?


APAKAH SETIAP ROKAAT MEMBACA TA’AWUDZ?



Dasar diperintahkannya membaca Ta’awudz ketika mau membaca Al Qur’an baik di dalam sholat atau di luar sholat, adalah surat An Nahl :98 sebagaimana FirmanNya:
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (۹۸)
Apabila kamu akan membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.  QS An Nahl :98

Lafadz Ta’awudz yang Nabi Saw contohkan:

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ قَبْلَ الْقِرَاءَةِ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
Dari Nabi SAW sesungguhnya ia membaca A’udzubillahi minasy syaithanir rajim sebelum membaca (ayat).
HR Ibnu Mundzir , Nailul Author 2 : 200 No 684. Mushanaf Abdur Razaq 2:86

عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ اَلْخُدْرِيِّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ إِسْتَفْتَحَ ثُمَّ يَقُوْلُ : أَعُوْذُ بِا للهِ السَّمِيْعِ اْلعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ  

Dari Abi Said Al Khudri dari Nabi SAW sesungguhnya Beliau apabila berdiri sholat membaca iftitah lalu membaca (Ta’awudz) : Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari Syetan yang terkutuk  dari bisikannya, kesombongannya dan dari sihirnya. 
HR Ahmad, At Tirmidzi 1:276, Tuhfatul Ahwadi 2:55 No 242.

Kemudian dimanakah dan kapan Ta’awudz itu dibaca? Benarkah pada setiap Rokaat membaca Ta’awudz ?
Untuk masalah ini, perlu kita kaji dan teliti hadits-hadits dan riwayat-riwayat dari Nabi SAW .Ternyata kita dapati riwayat-riwayat yang shohih bahwa ta’awudz di dalam sholat adanya di rokaat pertama saja setelah bacaan iftitah dengan dalil-dalil sebagai berikut:

قَالَ اْلأَسْوَدُ : رَاَيْتُ عُمَرَ حِيْنَ يَفْتَتِحُ الصَّلاَةَ يَقُوْلُ : سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ ثُمَّ يَتَّعَوَّذُ                   
      
Al Aswad berkata : Aku mengetahui Umar memulai sholat membaca : Maha Suci Engkau Ya Allah, dan dengan MemujiMu, Maha Berkah NamaMu, Maha Tinggi KemuliaanMu, tidak ada Tuhan selainMu, lalu Umar membaca Ta’awudz.  HR Ad-Daruquthni No 1138, Nailul Authar 2 : 200, Muslim 2:362 No 606,Abu Daud 2:428 No 659.
Kalimat ثُمَّ يَتَّعَوَّذُ (kemudian membaca Ta’awudz)menunjukkan lit-tartib (tertibnya urutan)yakni membaca Ta’awudz setelah iftitah. Bacaan iftitah Umar ini pernah dikeraskan untuk tujuan pembelajaran dan pemberitahuan akan adanya bacaan iftitah tersebut sebagai salah satu pilihan dari iftitah-iftitah yang Nabi contohkan.Kemudian lebih jelas lagi bahwa Ta’awudz itu hanya di rokaat pertama saja diterangkan dalam shohih Muslim berikut ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَقُوْلُ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا نَهَضَ مِنَ الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ إِسْتَفْتَحَ الْقِرَاءَةَ بِالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَلَمْ يَسْكُتْ .                 

Dari Abu Hurairoh berkata: Rasulullah SAW apabila berdiri pada rokaat ke dua ia memulai bacaannya (langsung) dengan surat Al Hamdulillahi Robbil A’lamin, Beliau tidak diam dulu.
HR Muslim 1:268 No 148 dan 599, Syarah Shohih Muslim 5:99 No 1355, Nailul Authar 2:287 No 7656, Nashbur Royah 1:399          
Kalimat وَلَمْ يَسْكُت menunjukkan bahwa Nabi SAW,untuk memulai rokaat ke dua langsung membaca Al Fatihah tidak baca Ta’awudz.
Imam As Syaukani dalam kitabnya Nailul Authar 2:287, sesudah mencantumkan hadits Muslim tersebut, Beliau menjelaskan:

وَالْحَدِيْثُ يَدُلُّ عَلَى عَدَمِ مَشْرُوْعِيَّةِ السَّكْتَةِ قَبْلَ الْقِرَاءَةِ فِى الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ وَكَذَالِكَ عَدَمُ مَشْرُوْعِيَّةِ التَّعَوُّذِ فِيْهَا وَحُكْمُ مَابَعْدَهَا مِنَ الرَّكَعَاتِ حُكْمُهَا.
Hadits tersebut menunjukkan tidak disyariatkannya saktah (diam dulu) sebelum membaca (Al Fatihah) di rokaat ke dua,demikian juga tidak di syariatkan ta’awudz padanya, dan ketetapan aturan rokaat-rokaat sesudah rokaat ke dua sama dengan rokaat yang ke dua (tidak membaca Ta’awudz).  Nailul Authar 2:287
                                                                                                                                     

SIFAT AHLI SURGA DAN KENIKMATANNYA (5)


Ahad, 7 Februari 2010 M / 22 Shafar 1431 H

             SIFAT AHLI SURGA DAN KENIKMATANNYA (5)

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (٤۰) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (٤۱)

Dan Adapun orang-orang yang takut terhadap pertemuan dengan Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,Maka Sesungguhnya Surgalah tempat tinggal(nya).   QS An Naziat : 40 – 41

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ (٤٦) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٤۷) ﴿ الرحمن :  ٤٦  -  ٤٧﴾
Dan bagi orang yang takut akan pertemuan dengan Tuhannya ada dua Surga.Maka nikmat Tuhan yang mana yang kalian berdua dustakan?      QS Ar Rahman : 46-47

وَمِنْ دُونِهِمَا جَنَّتَانِ (٦۲) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٦۳) ﴿ الرحمن :  ٦٢ - ٦٣﴾

Dan selain dari dua Surga itu ada dua Surga lagi.Maka nikmat Tuhan yang mana yang kalian berdua dustakan?
QS Ar Rahman : 62 – 63

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي الْأَسْوَدِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ الصَّمَدِ الْعَمِّيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ الْجَوْنِيُّ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ جَنَّتَانِ مِنْ فِضَّةٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا وَجَنَّتَانِ مِنْ ذَهَبٍ آنِيَتُهُمَا وَمَا فِيهِمَا وَمَا بَيْنَ الْقَوْمِ وَبَيْنَ أَنْ يَنْظُرُوا إِلَى رَبِّهِمْ إِلَّا رِدَاءُ الْكِبْرِ عَلَى وَجْهِهِ فِي جَنَّةِ عَدْنٍ.
البخارى ٦ : ۱۸٢، فتح البارى ۸ : ٤۹۱ رقم ٤۸۷۸ ،  الترمذى ٤ : ٢٣۷ رقم : ٢٥٣٦     تحفة الأحوذى ۷ : ٢۷٥ رقم ٢٥٢۸ البيهقي فى الكبرى : ٣۹۸ ، البغوى : ٢٦۱ إبن حبان     ۱۰ : ٤٦۱۱ ، أحمد ٣ : ۸٤٢۷ 

Dari Abi Bakr bin Abdillah bin Qois dari ayahnya, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Ada dua Surga yang terbuat dari perak dengan segala isinya dan ada dua Surga lagi yang terbuat dari emas dengan segala isinya, tidak ada penghalang antara kaum ( Penghuni Surga ) dan pandangannya untuk bisa melihat Allah SWT selain hijab kebesaran-Nya yang menghalangi Dzat diri-Nya yang berada di Surga ‘Adn

( HR. Al-Bukhori 6 : 182, Fathul Bari 8 : 491 No. 4878, At-Tirmidzi 4 : 237 No. 2536, Tuhfatul Ahwadzi 7 : 275 No. 2528, Al-Baihaqi : 398, Al-Baghowi : 261, Ibnu Hibban 10 : 4611, Ahmad 3 : 8427 ).

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ : وَعَدَالله جَلَّ ثَنَاءُهُ اْلمُؤْمِنِيْنَ الَّدِيْنَ خَافُوْا مَقَامَهُ فَأَدُّوْا فَرَائِضَهُ اْلجَنَّةَ وَقَالَ قَتَادَةُ : إِنَّ اْلمُؤْمِنِيْنَ خَافُوْا ذَاكُمُ اْلمَقَامَ فَعَمِلُوْا لَهُ وَدَانُوْا لَهُ وَتَعَبَّدُوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ. جامع البيان ۱٣ : ۱٦٦
Ibnu Abbas berkata : Allah yang Maha Mulia pujian-Nya menjanjikan Surga kepada orang-orang beriman yang takut akan pertemuan dengan-Nya lalu mereka menunaikan kewajiban-kewajiban dari-Nya.  Qotadah berkata : Sesungguhnya orang-orang beriman takut pada pertemuan hari Qiamat itu, maka mereka beramal karena-Nya, menghinakan diri kepada-Nya serta beribadah siang dan malam.

( Jami’ul Bayan  13 : 166 )



                                                                                                                                                                    Makalah Ke 17